Pelajar
Indonesia tingkat menengah sedang dihadapkan pada situasi yang serba sibuk. Ketika
menginjak kelas dua belas, mereka disibukkan dengan berbagai persiapan untuk
menghadapi ujian nasional sebagai salah satu penentu kelulusan. Pasca ujian
nasional pun kaum terpelajar itu belum bisa tenang dan berleha-leha. Bagi
mereka yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi akan dihadapkan pada berbagai persiapan.
Salah
satu persiapan itu adalah pemilihan perguruan tinggi termasuk jurusan yang akan
diambil. Begitulah setidaknya kondisi psikologis para pelajar sekolah menengah.
Selain dihadapkan dengan perasaan harap-harap cemas menunggu hasil ujian
nasional, mereka juga harus mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi maupun mencari pekerjaan bagi yang mau langsung
terjun ke dunia kerja.
Bagi
orangtua yang mapan dalam pendidikan, sang anak terkadang diminta untuk lulus
dengan nilai yang memuaskan atau bahkan di atas rata-rata. Mereka bisanya
beralasan bahwa kedua orangtuanya saja bisa jadi kenapa anaknya tidak bisa.
Kejadian ini pun rata-rata tak jauh beda ketika sang anak akan melanjutkan ke
perguruan yang lebih tinggi. Bagi orangtua yang demokratis, mereka bisa
memberikan porsi yang banyak keinginan
sang anak untuk memilih sendiri perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan.
Pada
dasarnya keinginan sang anak dan orangtuanya dalam memilih jenjang pendidikan
adalah baik. Sang anak harus benar-benar bersyukur karena memiliki orangtua
yang peduli akan pendidikannya. Dengan kepeduliannya tentu bantuan materiil
atau non materiil bisa didapatkan oleh anak. Begitu juga dengan para orangtua,
mereka harus senang dan bangga dengan keinginan anaknya untuk melanjutkan studi
ke jenjang yang lebih tinggi.
Beranjak
dari permasalahan itu, harus ada indikator yang dijadikan ukuran bagi anak dan
orangtua dalam memilih jurusan dan PT yang akan diambil. Indikator atau patokan
yang bisa dijadikan ukuran itu diantaranya adalah hasil TO (try out), minat, dan bakat atau
kemampuan. Pertama TO (Try Out). TO
merupakan simulasi mengerjakan soal yang diperuntukkan bagi siswa dengan mata
pelajaran, jumlah soal dan waktu yang ditentukan sebagai latihan dan persiapan
dalam mengikuti Ujian Nasional (UN) atau SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri ). Anak maupun orangtuanya
bisa mencermati nilai ini untuk dijadikan indikator dalam persiapan studi
lanjut sang anak.
Kedua,
minat. Menurut M. Alisuf Sabri (1995:84), minat erat kaitannya dengan perasaan
senang, sehingga
dapat dikatakan minat dapat terjadi karena sikap senang terhadap sesuatu, orang
yang berminat kepada sesuatu itu berarti sikapnya senang terhadap sesuatu itu.
Minat berdampak pada kelancaran studi ketika kuliah. Banyak mahasiswa semester
awal yang kemudian pindah ke kampus lain karena dia tidak minat dengan jurusan
dan PT yang merupakan salah pilihan atau paksaan dari orangtua. Banyak juga
mahasiswa yang sangat lama menyelesaikan masa studi atau bahkan di keluarkan (drop out) karena salah satu faktornya
masalah minat dalam belajar. Maka dari itu
minat perlu diberikan porsi dalam memilih jurusan dan PT bagi sang anak.
Ketiga,
bakat atau kemampuan. Bakat atau kemampuan merupakan potensi yang melekat dalam
diri seseorang. Dalam hal ini, cara yang
paling mudah untuk menemukan bakat seorang anak dapat dilihat dari prestasinya
baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Bakat berkaitan sangat erat
dengan minat karena keduanya saling mempengaruhi. Anak yang tidak berbakat pada
sesuatu tapi mempunyai minat yang tinggi maka bakat dapat lahir dengan
sendirinya. Ada gairah yang bergejolak ditambah dengan optimalisasi potensi
diri ketika minat mulai menunjukkan kekuatannya. Disinilah bakat akan tercipta,
tinggal masalah waktu yang memang tidak
bisa instan.
Pada
dasarnya keinginan sang anak maupun orangtuanya sangat baik. Masing-masing dari
mereka menginginkan yang terbaik buat diri dan keluarganya. Hanya kadang
masalah malah muncul disini. Keinginan antar keduanya kadang dibenturkan pada perbedaan pilihan
termasuk dalam memilih jenjang studi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, untuk
mengatasi atau meminimalisir masalah tersebut, ada pijakan yang dijadikan
kesepakatan antara anak dan orang tua yang diantaranya melihat dari hasil TO
sang anak, minat, serta bakat dan kemampuannya. Dengan demikian, kesuksesan
studi sang anak dan kebahagian orangtua dapat tercapai. Wallahua’lam.
Pilihan Kuliah Anak dan Orangtua Berbeda? Berikut Solusinya
Reviewed by
Unknown
on
10:53 PM
Rating:
No comments :
Silahkan koment dan berbagi info yang bermanfaat